Minda Brilian Sukses

Minda Brilian Sukses
Pusat Layanan Jasa Psikologi dan Hipnoterapi Klinis

KEKELIRUAN PENGASUHAN : LABELLING

Labelling

Labelling :Kata-kata Menjadi Realita 

Salam Bahagia Ayah Bunda dan sahabat semua, menyenangkan tentunya masih bisa berbagi pada anda semua tentang kekeliruan pengasuhan, yang dua diantaranya sudah kita bahas di postingan sebelumnya.

Sebelum anda selesaikan membaca tulisan ini, izinkan saya mengucapkan terima kasih karena tetap menyimak bahasan ini, dan saya sangat mengapresiasi, karena ini membuktikan anda semua sebagai pribadi, suami atau istri, serta orang tua dan calon orangtua yang selalu ingin bertumbuh menjadi lebih baik, betul?

Apa itu Labelling?  

Label adalah nama merek yang diletakkan atau dicantumkan pada sebuah atau suatu produk. label juga berfungsi memberikan informasi terkait produk. istilah labelling bermakna melekatkan suatu kata pada seseorang yang seringnya menunjukkan pada sifat tertentu

Dasar pemalas, jam segini belum bangun....ayo bangun

anak saya ini memang pemalu orangnya pak....”

Udah deh...jangan tanya-tanya terus....cerewet banget sih anak mama....”

Ayah bunda Pernah mendengar ucapan yang  begini.....atau sering ngucapin begini ke anak-anak? Apa rasanya jika kata-kata itu ditujukan pada diri anda? Pasti nggak enak khan?

Kita tentu tahu’ Pemalas, pemalu, cerewet...merupakan kata sifat. Dan ketika kata-kata tersebut di lekatkan pada seseorang, dengan mudah menjadi “label” atau “identitas” yang melekat pada dirinya. Kata ‘Malas ‘ ketika mendapat awalan ‘pe’ memiliki makna selalu /sering berperilaku malas.

Apa jadinya ketika orang tua sering mengucapkan kata-kata labelling tersebut pada anak?

Sesuai dengan prinsip kerja pikiran;ide atau informasi yang disampaikan oleh figur yang dipandang otoritas atau secara berulang-ulang akan dengan mudah menembus faktor kritis pikiran sadar, hingga diterima di pikiran bawah sadar dan tersimpan sebagai believe atau keyakinan. Dan...setiap ide atau informasi di pikiran bawah sadar cenderung untuk direalisasikan.

“Kata-kata adalah Doa, dan perilaku menguatkannya”

Ketika anak menerima kata /informasi bahwa dirinya “pemalas” misalnya, maka kata tersebut diterima pikiran bawah sadar  sebagai suatu perintah untuk berperilaku malas. Oh ya, saya kan pemalas, berarti saya harus berperilaku layaknya orang malas.

Demikian juga ketika anak menerima label “anak nakal, ceroboh, biang kerok” maka pikiran pun selalu merealisasikannya. Label cenderung menjadi keyakinan yang menetap lama di pikiran bawah sadar, dan seperti yang kita pahami, pengaruh pikiran bawah sadar lebih kuat (90 -95%) dibanding pikiran sadar.

Jadi....Ayah Bunda jangan marah ya kalau anak-anak selalu males bangun, malas mengerjakan tugas sekolah, males kalau disuruh....itu artinya dia sedang menjalankan kewajibannya sebagai anak, patuh dan taat pada orang tua, yakni melakukan apa yang dilabelkan pada dirinya : PEMALAS.

Tapi pak, anak saya ini memang malas orangnya..” begitu banyak orangtua menjawab ketika saya mengatakan bahwa kata-kata atau label yang sering diucapkannya bisa berdampak pada perilaku anaknya.

Label yang diberikan saat anak-anak seringkali melekat sampai dewasa, bahkan semakin dewasa semakin diakui. Coba ingat....siapa yang paling sering ngomong begini; saya ini pemarah lho orangnya,... maaf ya saya memang pelupa...meskipun anehnya, orang pelupa selalu ingat untuk mengaku kalau dirinya pelupa...

Jadi...kalau saat ini anda merasa tiada hari tanpa marah, atau merasa ada yang kurang jika belum marah...anda pasti tahu label apa yang melekat pada diri anda.

Apakah bisa diubah atau diperbaiki? Untungnya bisa. Semakin kecil usia anak tentu semakin mudah mengubahnya.

Caranya... Ya..mulai sekarang Berhenti memberi label, minta maaf karena telah memberinya label tersebut , berusahalah mengganti dengan kata-kata yang lebih memberdayakan. Ketimbang mengatakan “cerewet” bukankah lebih baik mengatakan “aktif berbicara”. Lasak bisa diganti dengan “aktif bergerak”.

Kalau belum berubah juga...ya ikhtiar terus, jangan berhenti di satu atau dua cara saja. Belajar lagi, baca buku lagi, konsultasi atau terapi ke ahlinya....banyak kok caranya...

Mau share catatan ini juga boleh kok, supaya sahabat kita semakin banyak yang belajar.

Salam Bahagia,

Khairul Anwar

Hipnoterapis Klinis 

WA. 0813 7853 7379

Posting Komentar

0 Komentar