Labelling :Kata-kata Menjadi Realita
Salam Bahagia Ayah Bunda dan sahabat semua,
menyenangkan tentunya masih bisa berbagi pada anda semua tentang kekeliruan
pengasuhan, yang dua diantaranya sudah kita bahas di postingan sebelumnya.
Sebelum anda selesaikan membaca tulisan ini, izinkan saya mengucapkan terima kasih karena tetap menyimak bahasan ini, dan saya sangat mengapresiasi, karena ini membuktikan anda semua sebagai pribadi, suami atau istri, serta orang tua dan calon orangtua yang selalu ingin bertumbuh menjadi lebih baik, betul?
“Dasar pemalas, jam segini belum bangun....ayo bangun”
“anak
saya ini memang pemalu orangnya pak....”
“Udah deh...jangan
tanya-tanya terus....cerewet banget sih anak mama....”
Ayah bunda Pernah mendengar ucapan yang begini.....atau sering ngucapin begini ke
anak-anak? Apa rasanya jika kata-kata itu ditujukan pada diri anda? Pasti nggak
enak khan?
Kita tentu tahu’ Pemalas, pemalu,
cerewet...merupakan kata sifat. Dan ketika kata-kata tersebut di lekatkan pada
seseorang, dengan mudah menjadi “label” atau “identitas” yang melekat pada
dirinya. Kata ‘Malas ‘ ketika mendapat awalan ‘pe’ memiliki makna selalu
/sering berperilaku malas.
Apa jadinya ketika orang tua sering
mengucapkan kata-kata labelling tersebut pada anak?
Sesuai dengan prinsip kerja pikiran;ide atau informasi
yang disampaikan oleh figur yang dipandang otoritas atau secara berulang-ulang
akan dengan mudah menembus faktor kritis pikiran sadar, hingga diterima di
pikiran bawah sadar dan tersimpan sebagai believe atau keyakinan. Dan...setiap
ide atau informasi di pikiran bawah sadar cenderung untuk direalisasikan.
“Kata-kata adalah Doa,
dan perilaku menguatkannya”
Ketika anak menerima kata /informasi bahwa dirinya
“pemalas” misalnya, maka kata tersebut diterima pikiran bawah sadar sebagai suatu perintah untuk berperilaku
malas. Oh ya, saya kan pemalas, berarti
saya harus berperilaku layaknya orang malas.
Demikian juga ketika anak menerima label “anak
nakal, ceroboh, biang kerok” maka pikiran pun selalu merealisasikannya. Label
cenderung menjadi keyakinan yang menetap lama di pikiran bawah sadar, dan seperti
yang kita pahami, pengaruh pikiran bawah sadar lebih kuat (90 -95%) dibanding
pikiran sadar.
Jadi....Ayah Bunda jangan marah ya kalau
anak-anak selalu males bangun, malas mengerjakan tugas sekolah, males kalau
disuruh....itu artinya dia sedang menjalankan kewajibannya sebagai anak, patuh
dan taat pada orang tua, yakni melakukan apa yang dilabelkan pada dirinya :
PEMALAS.
“Tapi pak, anak saya ini memang malas orangnya..” begitu banyak
orangtua menjawab ketika saya mengatakan bahwa kata-kata atau label yang sering
diucapkannya bisa berdampak pada perilaku anaknya.
Label yang diberikan saat anak-anak seringkali
melekat sampai dewasa, bahkan semakin dewasa semakin diakui. Coba
ingat....siapa yang paling sering ngomong begini; saya ini pemarah lho orangnya,... maaf ya saya memang pelupa...meskipun anehnya, orang pelupa selalu
ingat untuk mengaku kalau dirinya pelupa...
Jadi...kalau saat ini anda merasa tiada hari
tanpa marah, atau merasa ada yang kurang jika belum marah...anda pasti tahu
label apa yang melekat pada diri anda.
Apakah bisa diubah atau diperbaiki? Untungnya
bisa. Semakin kecil usia anak tentu semakin mudah mengubahnya.
Caranya... Ya..mulai sekarang Berhenti memberi
label, minta maaf karena telah memberinya label tersebut , berusahalah mengganti
dengan kata-kata yang lebih memberdayakan. Ketimbang mengatakan “cerewet”
bukankah lebih baik mengatakan “aktif berbicara”. Lasak bisa diganti dengan
“aktif bergerak”.
Kalau belum berubah juga...ya ikhtiar terus,
jangan berhenti di satu atau dua cara saja. Belajar lagi, baca buku lagi,
konsultasi atau terapi ke ahlinya....banyak kok caranya...
Mau share catatan ini juga boleh kok, supaya
sahabat kita semakin banyak yang belajar.
Salam Bahagia,
Khairul Anwar
Hipnoterapis Klinis
WA. 0813 7853 7379
0 Komentar